Rabu, 18 Juli 2012

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR SEGI EMPAT DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN JIGSAW BAGI SISWA KELAS VII C PADA SEMESTER II SMP NEGERI 1 PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Oleh : Ngatini (Guru SMP Negeri 1 Purwodadi)

ABSTRAK Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumenter. Metode yang digunakan dalam analisis data kualitatif adalah metode analisis data, metode ini dilakukan dengan menganalisis data yang didasarkan pada kualitas data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Hasil akhir penelitian ini adalah : 1) Siswa terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2) Siswa dapat menularkan ilmunya kepada teman yang lain. 3) Metode pembelajaran Jigsaw berhasil me-ningkatkan kemampuan dan nilai kelompok dalam mata pelajaran matematika. 4) Nilai rata-rata siswa meningkat di tiap siklusnya. Kata kunci : Bangun segi empat, pembelajaran Jigsaw PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sa¬ngat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan bangsa itu sendiri, Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 3) pasal 1 yang berbunyi : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk me¬miliki kekuatan spiritual keagamaan, pe¬ngendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di¬perlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan murid karena salah satu unsur dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang merupakan dua bentuk kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Selain itu sekolah sebagai salah satu unsur dalam dunia pendidikan saat ini sedang mengalami per¬hatian dari berbagai pihak, karena pendidik¬an sangat diperlukan oleh masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat komp¬leks, dimana pendidikan saat ini terus ber¬benah diri menemukan cara yang terbaik untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar dalam pengajaran seorang guru di¬tuntut supaya menguasai dan menerapkan berbagai metode pengajaran Matematika. Pe¬laksanaan pembelajaran di dalam kelas me¬rupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiat¬an yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan memi¬nimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru sikap yang mereka butuhkan. Rumusan Masalah Apakah pembelajaran dengan meng¬gunakan pembelajaran Jigsaw dapat mening¬katkan hasil belajar Matematika tentang bangun datar segi empat bagi siswa kelas VII C pada Semester II SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/2012? Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan hasil belajar ma¬tematika tentang bangun datar segi empat bagi siswa kelas VII C pada Semester II Tahun Pela¬jaran 2011/2012. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan meaciptakan teknologi di masa depan di perlukan penguasaan mate¬matika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberi¬kan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemam¬puan bekerjasama. Kompetensi tersebut di¬perlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dari memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi da¬sar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengem¬bangkan kemampuan menggunakan mate¬matika dalam pemecahan masalah dan meng¬komunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Pendekatan pemecahan masalah merupa¬kan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk mening¬katkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan mema¬hami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pe¬ngenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektif¬an dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Metode Jigsaw Jigsaw merupakan salah satu jenis pembelajaran dimana menerapkan belajar melalui tukar delegasi antar kelompok. Pada dasarnya strategi pembelajaran Jigsaw ham¬pir sama dengan strategi pembelajaran ke¬lompok lainnya. Pada pembelajaran kelom¬pok biasanya siswa hanya berada dalam kelompok dan berdiskusi di dalamnya untuk menyatakan pendapat bahkan bertukar pen¬dapat untuk memecahkan masalah secara bersama-sama tanpa berhubungan dengan kelompok lainnya (Trianto, 2007: 56 – 57). Pada strategi pembelajaran jigsaw siswa tidak hanya berada dalam kelompok saja. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana dalam satu kelompok tersebut mempunyai satu delegasi untuk dikirimkan kepada kelompok. lainnya. Hal ini dimak¬sudkan agar siswa yang menjadi delegasi menularkan ilmu yang telah didapatkannya dalam kelompok induknya kepada anggota kelompok barunya. Masing-masing kelom¬pok mempunyai materi sendiri-sendiri atau berbeda materi sehingga masing-masing delegasi juga menyampaikan materi yang berbeda kepada kelompok lainnya sehingga nantinya seluruh kelompok akan mendapat¬kan seluruh isi materi pembelajaran. Tujuan penerapan strategi ini adalah untuk melatih individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya (Ismail, 2008 : 82 – 83). Hipotesis Tindakan Pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun datar segi empat bagi siswa kelas VII C SMP Negeri I Purwodadi pada Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. METODOLOGI PENELITIAN Seting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan selama satu semester yaitu semester II Tahun Pelajar¬an 2011/2012. Tempat penelitian di kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi, subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi pada Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin MC Taggart yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1) Peren¬canaan (planning), 2) Aksi / tindakan (act¬ing), 3) Observasi (observing), 4) Refleksi (reflecting). Pada tahap perencanaan ini di¬fokuskan pada bahan-bahan yang diguna¬kan dalam penelitian tindakan kelas ini se¬kaligus kesiapan para guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran Matematika melalui metode jigsaw. Metode pembelajaran yang akan diguna¬kan pada penelitian tindakan kelas ini adalah metode pembelajaran jigsaw. Dengan metode ini akan dapat melatih siswa dalam me¬mecahkan suatu masalah yang ada pada pembelajaran. Pada penelitian ini meng¬gunakan 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil Penelitian A. Deskripsi Kondisi Awal Pada kondisi awal penelitian ini menjumpai adanya permasalahan dalam pembelajaran matematika, yakni motivasi belajar matematika anak rendah. Terlihat dari nilai dan sikap anak dalam belajar matematika yang kurang. Sebelum menggunakan metode pembelajaran klasikal kemampuan siswa dalam pelajaran bangun datar masih kurang. Terbukti dengan kebanyakan nilai yang didapatkan siswa masih jauh dari sempurna. Maka sebelum dilakukan ulangan remidial, guru akan mengubah metode pembelajaran yang klasikal dengan metode pembelajaran Jigsaw. Yakni siswa yang dikumpulkan dalam kelompok diajak untuk berkompetensi dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan guru. Diharapkan dengan persaingan ini siswa akan lebih tertantang untuk bisa lebih maju lagi. Hasil Tes Siswa pada Kondisi Awal No Kategori Interval X f f(x) % Ket 1 2 3 4 Amat baik Baik Cukup Kurang 90 – 100 70 – 89 60 – 69  59 95 75 65 35 1 5 6 28 95 375 390 420 4,16 20,83 25,00 50,00 1280/24 = 53,33 Jumlah 24 1280 100 Kurang Ket: X : Nilai tengah F : Frekuensi (jumlah siswa) F(X) : Nilai tengah x Frekuensi Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata yang didapatkan siswa masih jauh dari nilai ketuntasan, yakni hanya 53,33. Dari 24 siswa hanya ada 1 siswa yang mendapat nilai amat baik atau sebesar 4,16%, ada 5 siswa yang mendapat nilai baik atau sebesar 20,83%, ada 6 siswa atau sebesar 25,00% yang mendapat nilai cukup, dan sebanyak 12 siswa yang mendapat nilai kurang atau sebesar 50,00%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa masih ada separuh siswa yang mendapat nilai kurang, yang berarti kemampuan siswa pada mata pelajaran matematika masih sangat kurang. Maka perlu dilakukan tindakan kelas guna meningkatkan kemampuan siswa. B. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Perencanaan Pertama–tama guru membacakan nilai ulangan dari masing-masing siswa berdasarkan nomor urutnya. Kebanyakan siswa mendapatkan nilai yang masih jauh dari kata cukup. Maka dari itu guru akan mengadakan ulangan remidial. Tapi sebelumnya guru akan mengulangi materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda untuk mengetahui apakah dengan digantinya metode pembelajaran akan mempengaruhi nilai siswa. Dengan metode Jigsaw siswa dituntut aktif, siswa akan dibagi menjadi 5 kelompok, selanjutnya siswa diminta untuk menerangkan lagi materi yang sudah diajarkan guru kepada kelompok lainnya. 2. Pelaksanaan Tindakan Langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut : a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang. Sehingga terdapat lima kelompok. b. Guru menyampaikan materi terdahulu, yakni tentang bangun datar (persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium). Pertama-tama guru menjelaskan mengenai sifat-sifat bangun datar kemudian cara mencari luas dan kelilingnya. c. Guru juga memberikan contoh soal. d. Siswa berdiskusi tentang materi yang disampaikan guru. e. Setiap kelompok mengirimkan satu orang ke kelompok lain untuk menerangkan materi bangun datar dengan cara mereka sendiri. f. Setelah bertukar peran lalu guru memberikan kertas soal untuk dikerjakan berkelompok. Adapun soal yang diberikan adalah sama antara kelompok satu dengan yang lainnya. g. Guru melakukan penilaian berkaitan dengan latihan soal maupun aktivitas siswa dalam kelompok. 3. Observasi Berdasarkan hasil pengamatan siswa masih canggung ketika harus menjadi perwakilan dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya bingung ketika harus menerangkan materi kepada temannya yang lain. Karena siswa tidak terbiasa untuk memberikan materi sehingga cara penyampaian siswa pun tidak dipahami temannya yang lain. Yang ada malahan siswa saling menggoda temannya yang sedang menyampaikan materi. Segala aktivitas siswa dicatat dalam lembar observasi, sebagai bahan untuk perbaikan di siklus berikutnya. 4. Refleksi Hasil Tes Siswa pada Siklus I No Kategori Interval X f f(x) % Ket 1 2 3 4 Amat baik Baik Cukup Kurang 90 – 100 70 – 89 60 – 69  59 95 75 65 35 1 8 7 8 95 600 455 280 4,16 33,33 29,17 33,33 1430/24 = 59,58 Jumlah 24 1430 100 Cukup Ket: X : Nilai tengah F : Frekuensi (jumlah siswa) F(X) : Nilai tengah x Frekuensi Hasil refleksi siklus I menunjukkan bahwa nilai yang didapatkan siswa sudah mengalami peningkatan, tetapi masih ada siswa yang belum mendapatkan nilai ketuntasan. Dari keseluruhan siswa hanya 1 siswa yang mendapat nilai amat baik atau sebesar 4,16%, ada 8 siswa yang mendapat nilai baik atau sebesar 33,33%, 7 siswa dengan nilai baik atau sebesar 29,17%, dan 8 siswa mendapat nilai kurang atau sebesar 33,33%. Keadaan ini masih dimaklumi dikarenakan siswa masih beradaptasi dengan metode yang baru. Maka penelitian tindakan kelas ini akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Refleksi siklus 1 Kondisi Awal 1. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang klasikal, yakni menerangkan kemudian diberikan tugas. 2. Nilai ulangan siswa belum memuaskan. Nilai terendah : 45 Nilai Tertinggi : 90 Nilai Rata-rata : 53,33 Tindakan 1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari 5 orang. 2. Lalu guru menyampaikan materi pelajaran terdahulu, yakni bangun datar. Dan diberikan contoh soal. 3. Kelompok diminta untuk mengirimkan perwakilannya, dan selanjutnya menularkan ilmunya kepada temannya. 4. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan latihan soal tentang bangun datar. Kondisi Akhir 1. Siswa masih belum bisa menerangkan tentang materi bangun datar kepada kelompok lain. 2. Keseriusan belajar matematika siswa masih kurang. Dibuktikan dengan banyaknya siswa yang masih bercanda ketika ada temannya yang sedang menerangkan. Tetapi ketika diberikan latihan soal nilai yang didapatkan belum memuaskan. 3. Nilai terendah : 55 Nilai Tertinggi : 95 Nilai Rata-rata : 59,58 Hasil kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw didapatkan nilai rata-rata 59,58. Guru memberikan masukan untuk mengerjakan soal yang baru saja dikerjakan di rumah, dengan tujuan agar pertemuan selanjutnya, kelompoknya tidak mengalami kesalahan. Dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat selama pelajaran akan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk siklus 2. Guru memberikan penjelasan bahwa untuk pertemuan berikutnya, nilai yang didapatkan harus lebih baik lagi. C. Deskripsi Hasil Siklus II Pada siklus II ini merupakan langkah perbaikan dari siklus sebelumnya, Pada siklus II maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan selanjutnya tidak berbeda jauh dengan langkah-langkah sebelumnya. Yaitu tindakan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. 1. Perencanaan Tindakan Yaitu guru hanya akan membahas sedikit mengenai rata-rata kesalahan siswa dalam memahami materi yang disampaikan kemarin, untuk selanjutnya siswa akan dibagi menjadi 5 kelompok lagi. Guru menerangkan kembali mengenai materi bangun datar. Tiap kelompok mengirimkan perwakilannya untuk menerangkan materi yang telah diajarkan guru kepada kelompok lain. Setelah itu siswa diberikan soal untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan a. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. b. Guru mengulang sedikit mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti siswa. c. Siswa diminta untuk berdiskusi lagi mengenai materi yang telah guru sampaikan. Siswa yang sudah paham mengajari temannya yang belum paham. d. Siswa yang dirasa menguasai materi diminta untuk menjadi perwakilan dari kelompoknya untuk menerangkan materi bangun datar kepada kelompok lainnya. e. Guru berkeliling untuk melihat bagaimana keaktifan siswa. f. Setelah itu siswa diberikan latihan soal yang lebih variatif untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa. g. Guru melakukan penilaian. 3. Observasi Berdasarkan hasil pengamatan siswa sudah mulai menampakkan keaktifannya. Karena soal yang diberikan guru lebih variatif maka siswa dituntut untuk lebih serius lagi dalam mengerjakan soal. Siswa terlihat lebih aktif dan lebih berani untuk mewakili kelompoknya. Siswa tidak takut apabila caranya menerangkan salah dikarenakan bisa belajar dari kesalahannya itu. Siswa bisa melihat cara guru mengajar sehingga lebih meningkatkan pemahamannya. 4. Refleksi Hasil Tes Siswa pada Siklus II No Kategori Interval X f f(x) % Ket 1 2 3 4 Amat baik Baik Cukup Kurang 90 – 100 70 – 89 60 – 69  59 95 75 65 35 8 14 2 0 760 1050 540 0 33,53 58,33 08,33 0 1940/24 = 80,83 Jumlah 24 1940 100 Baik Ket: X : Nilai tengah F : Frekuensi (jumlah siswa) F(X) : Nilai tengah x Frekuensi Berdasarkan hasil tabel di siklus II, terdapat peningkatan nilai rata-rata siswa, yakni 80,83. sudah tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai kurang atau sebesar 0%, ada 2 siswa yang mendapat nilai cukup atau sebesar 08,33%, sebanyak 14 siswa atau sebesar 58,33% siswa yang mendapat nilai baik, dan sebanyak 8 siswa yang mendapat nilai amat baik atau sebesar 33,33%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa sudah ada peningkatan nilai siswa. Nilai yang didapatkan siswa sudah di atas nilai ketuntasan minimal. Dapat disimpulkan tindakan kelas yang direncanakan dua siklus telah mengalami keberhasilan, sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Refleksi Siklus 2 Kondisi Awal 1. Sudah ada peningkatan, tetapi siswa masih belum lancar dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. 2. Nilai Rata-rata : 59,58 Tindakan 1. Lalu guru menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran sebelumnya. 2. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok 3. Guru mengulang materi tentang bangun datar. 4. Kelompok diminta untuk mengirimkan perwakilannya, dan selanjutnya menularkan ilmunya kepada temannya. 5. Guru berkeliling untuk melihat apakah siswa mengalami kesulitan. 6. Siswa diberi latihan soal yang lebih variatif. Kondisi Akhir 1. Siswa terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2. Siswa dapat menularkan ilmunya kepada teman yang lain. 3. Metode pembelajaran Jigsaw berhasil meningkatkan kemampuan dan nilai kelompok dalam mata pelajaran matematika. 4. Nilai Rata-rata : 80,83 D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus Pada penelitian ini, dimulai dengan penyelenggaraan tes pra siklus yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum menggunakan metode pembelajaran Jigsaw. Dari data statistik menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang didapatkan pada kondisi awal 53,33. Sehingga perlu diadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw, dan direncanakan akan menggunakan dua siklus. Pada siklus I, dimulai dengan perencanaan kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, yang ujungnya diketahui hasilnya melalui pengamatan, sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk melangkah pada siklus selanjutnya. Seperti yang dijelaskan pada proses tindakan pada siklus I, pelaksanaannya meliputi: Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari lima orang yang terdiri dari berbagai prestasi dan jenis kelamin. Untuk selanjutnya guru menjelaskan mengenai bangun datar. Masing-masing kelompok mengirimkan perwakilannya kemudian menerangkan materi yang telah diperolehnya ke kelompok lain. Siswa diminta mengerjakan latihan soal. Dari data statistik menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang didapatkan siswa meningkat menjadi 59,58. Pada siklus 2 siswa dibagi lagi menjadi beberapa kelompok lagi, yang masing-masing kelompok terdiri dari lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menjelaskan mengenai materi bangun datar. Siswa diminta untuk mengirimkan perwakilannya untuk menularkan ilmunya ke kelompok lain. Ada peningkatan yang terjadi yakni, siswa sudah dapat menularkan ilmunya ke kelompok lain dengan baik. Dari data statistik menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang didapatkan siswa adalah 80,83. Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan adanya peningkatan perolehan nilai pada siswa. Ini merupakan langkah awal yang baik, bagi terlaksananya metode pembelajaran Jigsaw. Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara keseluruhan berjalan lancar. Sebagaimana tujuan dari awal digunakan metode pembelajaran Jigsaw bahwa ingin meningkatkan keberhasilan pengajaran matematika. Setelah dilakukan evaluasi di setiap siklusnya, peneliti mencatat bahwa hasil yang didapat menggambarkan suatu peningkatan. Dimana keterangan tersebut dapat dilihat dengan membaca tabel tes dari mulai pra siklus sampai pada siklus II. Kalau digunakan secara efektif, metode pembelajaran Jigsaw ini banyak keuntungannya dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Namun keberhasilan metode ini tergantung dari banyak faktor, misalnya: a. Fokus pembelajaran siswa harus jelas. Fokus pembelajaran bergantung/mengacu pada kurikulum yang ada di buku pegangan. b. Persiapan siswa harus memadai Karena acuan yang dipakai adalah buku, maka dalam satu kelompok paling tidak harus ada 1 buku. c. Bimbingan guru pada siswa harus jelas Hendaknya pada awal sesi guru memberikan materi terlebih dahulu, setelah itu baru memberikan tugas. d. Monitoring dan feedback oleh guru Dalam proses penilaian hasil pekerjaan siswanya, guru memberikan saran yang bersifat membangun. Diharapkan agar siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama. e. Pengaturan waktu yang bagus dan kesimpulan yang logis. Pada setiap pertemuan dibagi menjadi dua sesi, yakni sesi penyampaian materi dan sesi pemberian tugas. Karena jam pelajaran matematika hanya 2 x 40 menit, maka guru harus pandai-pandai mengatur waktu agar materi dapat diserap siswa secara menyeluruh. PENUTUP Simpulan Pelajaran matematika sering dianggap se¬bagai pelajaran yang paling sulit dipahami bagi anak-anak. Meskipun matematika mendapatkan waktu yang lebih banyak diban¬dingkan pelajaran lain dalam penyampaian¬nya, namun siswa kurang memberi perhatian pada pelajaran ini karena siswa menganggap matematika itu pelajaran yang menakutkan serta mempunyai soal-soal yang sulit di¬pecahkan. Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan tingkat keberhasilan pembela¬jaran. Bagaimana sikap guru, tinggi rendah¬nya pengetahuan yang dimiliki guru, dan cara bagaimana guru itu mengajarkan pe¬ngetahuan itu kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. Pemilihan dan pelaksanaan metode me¬ngajar yang tepat oleh guru akan membantu guru dalam menyampaikan pelajaran matematika. Pemilihan metode pengajaran dila¬kukan oleh guru dengan cermat agar sesuai dengan materi yang disampaikan dan akhimya mampu membuat proses belajar mengajar lebih optimal dan mencapai keberhasilan dalam pendidikan. Peran guru dalam menciptakan pembelajaran yang menggairahkan, menantang peserta didik dan menyenangkan sangat besar. Sehingga diperlukan guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan, supaya mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Saran Dalam rangka menyumbang pemikiran untuk meningkatkan prestasi belajar mate¬matika siswa maka disampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi guru Bagi guru, khususnya guru mata pelajaran matematika, hendaknya menggunakan metode pcmbelajaran Jigsaw dalam proses pembelajaran agar siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. 2. Bagi sekolah Bagi pihak sekolah diharapkan untuk menciptakan lingkungan belajar dan sa¬rana pembelajaran yang lebih lengkap, sehingga dapat membantu kelancaran proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Miles B. Matthew dan Haberman A. Michael. 1992. Analisi data Kualifatif. Jakarta : UI Press. Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosadakarya. Munarsih, Ari. 2008. Skripsi. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistis Mathematic Education IRMEJ. Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nasution, S. 2002. Asas – asas Kurikulum. Bandung: Jemmars Sutopo. HB. 2003. Metode Penelitian Kualitatf Surakarta. UNS Press. Panitia Sertifkasi guru rayam 12. 2007. Pembelajaran Inovatif. LP3: UNES Semarang. Trianto, 2007. Model Pembelujaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik. Prestasi Pustaka – Surabaya. Wiriaatmadja. Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosadakarya. Yusuf. Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

0 komentar:


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Hot Car Pictures. Powered by Blogger